Sejarah Kelam dan Silsilah Raja Lontung Anak Tuan Saribu Raja
![]() |
Gambar oleh sibolgainfo |
Cerita kelam Raja Lontung bermula saat ayahnya (Tuan Saribu Raja) dan Ibu kandungnya yang sekaligus saudari kandung Ayahnya telah bertumbuh dewasa. Saat itu, populasi manusia masih cukup langkah dan isolasi antar perkampungan, menyebabkan hubungan incest terjadi tanpa disadari, khususnya antara Tuan Saribu Raja dan Si Boru Pareme. Ketika Si Boru Pareme mengandung sebagai akibat dari hubungan tersebut, hal ini menjadi aib dalam keluarga turunan Raja Isumbaon. Dalam adat Batak, perkawinan incest merupakan tabu yang dilarang keras, dengan hukuman mati sebagai konsekuensinya.
Saudara-saudara dari Tuan Saribu Raja dan Si Boru Pareme merasa marah dan ingin menghukum mati keduanya, namun tidak ada yang mampu atau berani melakukannya. Akhirnya, diputuskan untuk membuang mereka masing-masing ke hutan.
Di hutan, Si Boru Pareme yang sedang hamil tua dan kesepian bertemu dengan harimau yang sebelumnya dikenal buas. Meskipun awalnya takut, Si Boru Pareme tidak diserang oleh harimau tersebut. Sebaliknya, harimau tersebut meminta bantuan karena terluka. Si Boru Pareme merasa iba dan membantu mengeluarkan tulang yang tertancap di rahang harimau itu. Sejak saat itu, harimau tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Babiat Sitelpang, setiap pagi dan sore mengantar daging buruan ke tempat Si Boru Pareme. Hubungan baik ini membuat Babiat Sitelpang menjaga dan bahkan membantu Si Boru Pareme saat melahirkan seorang putra, yang diberi nama Si Raja Lontung.
Si Raja Lontung tumbuh besar di hutan bersama ibunya dan Babiat Sitelpang, tanpa mengenal manusia lain. Namun, Si Boru Pareme tetap memberikan pendidikan sosial dan adat Batak kepada anaknya, agar tidak menderita seperti yang dialaminya.
Ketika Si Raja Lontung dewasa dan ingin menikah, ia bertanya kepada ibunya tentang asal usul keluarganya. Si Boru Pareme merasa sedih, karena ia tahu bahwa menemukan paribannya di hutan itu tidak mungkin. Namun, untuk melindungi anaknya dari kemarahan keluarga, Si Boru Pareme merencanakan sebuah rencana.
Si Boru Pareme memberikan cincinnya kepada Si Raja Lontung, dengan pesan untuk pergi ke tepian yang jauh dan menunggu paribannya yang akan turun ke sungai untuk mengambil air. Paribannya mirip dengannya, sehingga cincin ini akan membantu Si Raja Lontung mengidentifikasinya. Sementara itu, Si Boru Pareme juga pergi ke tepian tersebut, merubah penampilannya agar terlihat lebih muda dan menunggu saat yang tepat.
Ketika Si Raja Lontung tiba di tepian sungai, ia melihat seorang perempuan mandi di sana, mirip dengan yang diceritakan ibunya. Tanpa ragu, Si Raja Lontung memasang cincin di jari perempuan tersebut, yang ternyata pas. Percaya bahwa ia telah menemukan paribannya, Si Raja Lontung meminta perempuan itu untuk menjadi istrinya dan memperkenalkannya kepada ibunya.
Namun, ketika kembali ke rumah mereka di hutan, Si Raja Lontung terkejut karena ibunya sudah tidak ada. Ia mengingat pesan bahwa ibunya pergi mencari ayahnya, Saribu Raja, ke arah Barus. Keduanya hidup bersama sebagai suami istri, tanpa menyadari bahwa ini juga merupakan perkawinan incest kedua dalam keluarga mereka. Dari perkawinan itu, Raja Lontung memikili anak sebanyak 8 orang dari Si Boru Pareme, yaitu Toga Sinaga, Tuan Situmorang, Toga Pandiangan, Toga Nainggolan, Toga Simatupang, Toga Aritonang, Toga Siregar, dan Si Boru Panggabean.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Kelam dan Silsilah Raja Lontung Anak Tuan Saribu Raja"
Posting Komentar