Alasan Kampanye Larangan Merokok Lebih Ketat daripada Larangan Makan Gula?
![]() |
Deddy Corbuzier bersama Risyad dan Son pada podcast 7 Agustus 2024 |
Terkait isu ini, Deddy Corbuzier dalam konten podcast terbaru di saluran YouTube-nya bersama Risyad dan Son—yang terdiri dari Ahmadrisyad dan Anderson Nico—pada tanggal 7 Agustus 2024, menyinggung dan mengajukan pertanyaan penting: "Mengapa larangan merokok lebih ketat dibandingkan dengan larangan makan gula?" Meskipun pertanyaan ini termasuk topik yang menarik, sayangnya, diskusi mengenai alasan minimnya larangan tersebut tidak dibahas secara mendalam dalam episode podcast tersebut.
Merokok telah lama dikenal sebagai penyebab utama berbagai penyakit serius, seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Efek merokok yang mematikan dan dampak negatif asap rokok pasif terhadap orang lain telah mendorong banyak negara untuk menerapkan kebijakan ketat, termasuk larangan merokok di tempat umum dan pembatasan iklan tembakau.
Sebaliknya, meskipun konsumsi gula berlebih dikaitkan dengan risiko kesehatan seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung, regulasi terhadap gula cenderung lebih ringan. Beberapa negara telah mulai memperkenalkan langkah-langkah seperti pajak gula dan pembatasan iklan, tetapi belum ada larangan konsumsi gula secara luas.
Perbedaan dalam regulasi ini mencerminkan berbagai faktor, termasuk dampak kesehatan langsung, dampak pada orang lain, tingkat kecanduan, serta persepsi publik dan sejarah. Berikut ini beberapa alasan mengapa larangan merokok lebih umum dibandingkan dengan larangan makan gula dan bagaimana mereka mempengaruhi kebijakan kesehatan masyarakat
1. Dampak Kesehatan Langsung
Merokok:
- Data Kesehatan: Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merokok menyebabkan lebih dari 8 juta kematian setiap tahun, di mana lebih dari 7 juta disebabkan oleh penggunaan tembakau langsung dan sekitar 1,2 juta kematian adalah akibat paparan asap rokok pasif.
- Penyakit: Merokok adalah penyebab utama kanker paru-paru (90% dari kasus kanker paru-paru terkait dengan merokok), penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan banyak penyakit lainnya.
Gula:
- Data Kesehatan: Konsumsi gula berlebih berkontribusi pada sekitar 4,7 juta kematian setiap tahun akibat penyakit terkait diet tidak sehat, seperti diabetes tipe 2, obesitas, penyakit kardiovaskular, dan karies gigi (WHO).
- Penyakit: Makan gula berlebih dapat menyebabkan obesitas, yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Namun, efek ini biasanya berkembang lebih lambat dibandingkan dengan efek merokok.
2. Dampak pada Orang Lain
Merokok:
- Asap Rokok Pasif: Paparan asap rokok pasif (secondhand smoke) menyebabkan lebih dari 1,2 juta kematian prematur setiap tahun (WHO). Anak-anak yang terpapar asap rokok pasif memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), infeksi pernapasan, dan asma.
- Regulasi: Banyak negara telah menerapkan larangan merokok di tempat umum untuk melindungi non-perokok dari efek berbahaya asap rokok.
Gula:
- Dampak Tidak Langsung: Meskipun konsumsi gula dapat berdampak negatif pada kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, dampaknya tidak seketika dan langsung seperti asap rokok pasif.
- Penyebaran Penyakit: Penyakit yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebih seperti diabetes dan obesitas biasanya tidak menular dan tidak mempengaruhi orang lain secara langsung.
3. Regulasi dan Pengendalian
Merokok:
- Regulasi Ketat: Banyak negara memiliki kebijakan ketat terkait penggunaan tembakau, termasuk larangan iklan, label peringatan yang menonjol pada kemasan rokok, pajak tinggi pada produk tembakau, dan larangan merokok di tempat umum.
- Kampanye Kesehatan: Kampanye anti-merokok yang didukung oleh pemerintah dan organisasi kesehatan global telah meningkatkan kesadaran akan bahaya merokok dan mendorong penurunan tingkat merokok.
Gula:
- Regulasi yang Mulai Berkembang: Beberapa negara mulai memperkenalkan pajak gula, pembatasan iklan untuk anak-anak, dan regulasi label nutrisi. Misalnya, Meksiko menerapkan pajak pada minuman manis yang efektif menurunkan konsumsi minuman bergula sekitar 6% di tahun pertama (BMJ 2016).
- Kampanye Kesadaran: Kampanye untuk mengurangi konsumsi gula mulai meningkat, tetapi belum seintensif kampanye anti-merokok.
4. Sejarah dan Persepsi Publik
Merokok:
- Stigma Sosial: Sejak tahun 1960-an, penelitian yang menunjukkan dampak negatif merokok terhadap kesehatan telah memicu perubahan besar dalam persepsi publik. Merokok semakin dipandang negatif dan banyak tempat umum melarangnya.
- Legal Battle: Banyak pemerintah menghadapi litigasi besar dari industri tembakau, tetapi kemenangan di pengadilan membantu memperkuat regulasi anti-merokok.
Gula:
- Penerimaan Sosial: Gula telah menjadi bagian dari diet manusia selama berabad-abad dan sering dikaitkan dengan kebahagiaan, perayaan, dan tradisi kuliner. Sehingga, penerimaan sosial terhadap gula lebih tinggi.
- Lobbying: Industri makanan dan minuman memiliki pengaruh kuat dalam politik dan ekonomi, sering kali melobi melawan regulasi ketat terkait gula.
5. Kecanduan
Merokok:
- Nikotin: Nikotin adalah zat adiktif yang sangat kuat dalam tembakau. WHO menyatakan bahwa sekitar 80% perokok yang mencoba berhenti akan kambuh dalam waktu satu bulan.
- Pengobatan: Banyak perokok membutuhkan bantuan obat-obatan atau terapi untuk berhenti merokok, menyoroti kecanduan yang parah.
Gula:
- Ketergantungan: Meskipun gula dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat, tingkat kecanduannya dianggap lebih rendah dibandingkan dengan nikotin. Namun, studi menunjukkan bahwa konsumsi gula dapat memicu reaksi dopamin di otak yang mirip dengan reaksi yang disebabkan oleh zat adiktif lainnya (Yale Journal of Biology and Medicine, 2010).
Kesimpulan
Larangan merokok lebih umum diberlakukan karena dampak langsung dan mematikan dari merokok baik bagi perokok aktif maupun pasif, sejarah regulasi dan kampanye anti-merokok yang panjang, serta tingkat kecanduan nikotin yang tinggi. Sebaliknya, meskipun konsumsi gula berlebih memiliki dampak kesehatan yang signifikan, efeknya lebih lambat dan kurang langsung mematikan, dan regulasi serta persepsi sosial terkait gula masih berkembang
Belum ada Komentar untuk "Alasan Kampanye Larangan Merokok Lebih Ketat daripada Larangan Makan Gula?"
Posting Komentar