Misteri Sistem Pengobatan Tradisional Tabas dan Tonggo di Tanah Barus Tapanuli Tengah
Barus, sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, terkenal sebagai pusat peradaban kuno di Nusantara, yang dikenal dengan dermaga dan perdagangan internasionalnya. Wilayah pesisir ini bukan hanya menjadi emporium dagang di masa lampau, tetapi juga gerbang masuknya Islam di Nusantara melalui para pedagang.
Di Barus, tidak hanya Islam yang berakar kuat, tetapi juga terdapat interaksi dengan pedagang dari berbagai belahan dunia, khususnya untuk mendapatkan kapur barus yang digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk mengawetkan mayat.
Dari kapur barus ini juga bermula praktik penyembuhan tradisional, mirip dengan praktik dokter zaman sekarang. Para datu penyembuh tidak mengandalkan teknologi modern seperti suntikan atau pil. Mereka menggunakan mantra, meracik tanaman obat, akar tumbuhan, dan kayu-kayuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Dalam praktiknya, datu tidak pernah meminta untuk menyembuhkan orang yang sakit tanpa diminta. Ini merupakan bagian dari etika mereka yang dianggap sombong jika memaksakan diri. Bahkan, dalam keluarganya sendiri, mereka hanya akan turun tangan jika diminta.
Menurut Guru Besar Antropologi Kesehatan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rusmin Tumanggor, dari risetnya di Barus pada tahun 1991-1995, ditemukan konsep tabas (mantra) dan tonggo (jampi), yang merupakan bagian dari praktik pengobatan tradisional di samping penggunaan tanaman obat dan bahan hewani.
“Tabas itu pemujian terhadap kekuatan tertinggi (Tuhan), kemudian ada tonggo yang berarti permintaan. Tabas itu juga disebut mantra. Sementara tonggo, itu jampi. Jadi, sebenarnya secara sosiologis ini bagus karena ada etika saat kita meminta penyembuhan. Pertama, mereka melakukan pujian terlebih dahulu untuk kemudian meminta permohonan,” katanya saat ditemui di ruang staf ahli Universitas Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/9).
Masyarakat Barus mempercayai kekuatan tertinggi melalui tabas dan tonggo, sekaligus menggunakan pengobatan alami. Yang menarik, dalam mantra dan jampi para datu, terdapat campuran unsur dari berbagai kepercayaan seperti malimisme, animisme, dinamisme, agama samawi, dan agama bumi.
Penggunaan mantra dan jampi oleh datu dalam menyembuhkan pasien didasarkan pada efektivitasnya yang terbukti dalam mengatasi penyakit tertentu, seringkali melintasi batas-batas kepercayaan.
Di Barus, terdapat 300 jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh 387 datu. Namun, profesi datu bukanlah pekerjaan utama mereka; banyak yang juga bercocok tanam atau melaut.
Setiap datu memiliki keahlian khusus, beberapa mampu menyembuhkan dengan satu pengobatan, sementara yang lain dapat menangani banyak jenis penyakit. Bahkan ada yang ahli dalam ilmu hitam, seperti Datu Parangas-Angas.
Meskipun demikian, sistem pengobatan tradisional Barus yang mengandalkan tanaman alam terancam punah di tengah modernisasi yang pesat.
Belum ada Komentar untuk "Misteri Sistem Pengobatan Tradisional Tabas dan Tonggo di Tanah Barus Tapanuli Tengah"
Posting Komentar