Korea Selatan: Modern di Luar, Diskriminatif di Dalam?
Perilaku diskriminasi di Korea Selatan dapat dijelaskan oleh berbagai faktor kompleks yang saling terkait. Negara ini terkenal dengan homogenitas etnis dan budayanya yang tinggi, yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Korea. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2019, hanya sekitar 2,3% dari populasi Korea Selatan adalah orang asing . Keadaan ini membuat masyarakat Korea kurang terbiasa dengan perbedaan, sehingga lebih cenderung untuk mendiskriminasi mereka yang tidak sesuai dengan norma mayoritas.
Sejarah panjang dan tradisi Korea yang kuat juga berperan dalam tingginya tingkat diskriminasi. Nilai-nilai tradisional, seperti hierarki sosial yang ketat dan konformitas sosial, masih sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Misalnya, budaya "Chemyon" (kehormatan sosial) menekankan pentingnya menjaga reputasi dan status sosial, yang dapat menyebabkan tekanan untuk menyesuaikan diri dan diskriminasi terhadap mereka yang berbeda .
Xenofobia dan nasionalisme juga berkontribusi terhadap diskriminasi di Korea Selatan. Sentimen nasionalis yang kuat sering kali disertai dengan kecurigaan terhadap orang asing, terutama pekerja migran. Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2018, 57% orang Korea Selatan menganggap bahwa orang asing cenderung lebih buruk dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat Korea . Pandangan seperti ini memperkuat prasangka dan diskriminasi.
Kesenjangan ekonomi dan sosial adalah faktor lain yang memperburuk diskriminasi. Ketidaksetaraan ekonomi di Korea Selatan cukup signifikan, dengan tingkat kemiskinan relatif sebesar 16,7% pada tahun 2018, menurut OECD . Ketidakamanan ekonomi sering kali mendorong orang untuk mencari kambing hitam di antara kelompok minoritas, yang memperparah prasangka dan diskriminasi.
Diskriminasi gender juga masih menjadi masalah signifikan di Korea Selatan. Meski ada kemajuan dalam hak-hak perempuan, masih banyak hambatan dalam dunia kerja dan pendidikan. World Economic Forum dalam laporan Global Gender Gap 2020 menempatkan Korea Selatan di peringkat 108 dari 153 negara dalam kesetaraan gender . Norma budaya patriarkal yang kuat masih mempengaruhi banyak aspek kehidupan, membuat perempuan sering menghadapi diskriminasi.
Kebijakan imigrasi yang ketat dan kurangnya perlindungan hukum bagi pekerja migran juga memperburuk situasi diskriminasi. Banyak pekerja asing menghadapi kondisi kerja yang buruk dan diskriminasi tanpa banyak perlindungan hukum. Menurut Human Rights Watch, pekerja migran di Korea Selatan sering kali menghadapi eksploitasi dan pelecehan .
Media juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik. Representasi negatif atau stereotip tentang kelompok minoritas di media dapat memperkuat prasangka dan diskriminasi di masyarakat. Sebuah studi oleh Korean Women’s Development Institute menemukan bahwa media Korea cenderung menggambarkan imigran dalam konteks negatif atau sebagai ancaman .
Meskipun Korea Selatan telah mengalami banyak perubahan positif dan modernisasi dalam beberapa dekade terakhir, masalah diskriminasi masih tetap menjadi tantangan besar. Upaya untuk meningkatkan kesadaran, pendidikan, dan kebijakan yang lebih inklusif adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih adil dan setara. Tanpa perubahan signifikan dalam persepsi dan kebijakan, diskriminasi akan terus menjadi penghalang bagi kemajuan sosial di Korea Selatan.
Sumber:
- Korea Immigration Service, Ministry of Justice. (2019). Korea Immigration Service Statistics.
- Moon, C. (2012). Nationalism and Its Impact on Civil Society: The Case of South Korea. Journal of Contemporary Asia, 42(1), 1-21.
- Pew Research Center. (2018). Being Christian in Western Europe.
- OECD. (2018). Poverty rate (indicator).
- World Economic Forum. (2020). Global Gender Gap Report 2020.
- Human Rights Watch. (2020). "You Cry at Night but Don’t Know Why": Sexual Violence Against Women in North Korea.
- Korean Women’s Development Institute. (2019). Media Representation of Immigrants in Korea.
Belum ada Komentar untuk "Korea Selatan: Modern di Luar, Diskriminatif di Dalam?"
Posting Komentar