Zulkifli Hasan: Pancasila Produk Pemersatu Bangsa!

Ketua MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), Zulkifli Hasan menghadiri acara hari jadi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dia menyampaikan pidato kebansgsaan di Auditorium USM, Pabelan, Kartasura, Sokuharjo, Jumat (27/10) dengan tema 'Aktualisasi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara'.

Dalam acara ini Zulkifli banyak berbicara tentang Pancasila dan pemahamannya. Dia mengatakan bahwa Pancasila adalah produk untuk mempersatukan bangsa dan pancasila juga sebagai perilaku.

"Pancasila itu perilaku, perilaku kita, perilaku pemerintah, perilaku undang-undang, perilaku yang berpihak kepada kepentingan bersama, perilaku yang saling menghargai dan perilaku yang mempersatukan kita. Bukan untuk saling memisah-misahkan atau mengotak-kotakkan tetapi mempersatukan seluruh bangsa Indonesia," ujarnya.

Zulkifli tidak mempermasalahkan keberagaan Indonesia. Namun semua sebangsa dan setanah air sudah sepakat bahwa Pancasila adalah sebagai dasar Republik Indonesia. Atas hal tersebut Zulkifli meminta supaya tidak ada lagi yang mengganggu gugat sebagai kelompok yang pro dan anti Pancasila.

"Pancasila adalah alat mempersatu, oleh karena itu, kita hentikan mereka yang mendukung Perppu Ormas dianggap Pancasila, yang tidak mendukung dianggap anti Pancasila. Mari kita jadikan Pancasila sebagai alat pemersatu," tegasnya.

Di hadapan ratusan mahasiswa dan civitas akademika Zulkifli mengingatkan bahwa di dunia ini ada kelompok kecil radikal yang harus dihadapi bersama, karena itu ialah hak kita semua sebagai sebangsa dan setanah air. Dia juga mengingatkan jika ada yang Khusyuk menjalankan ajaran agamanya kemudian di cap sebagai orang yang anti Pancasila.

"Jangan dicap macam-macam, itu nanti berbahaya. Mari kita kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila dalam arti yang sesungguhnya," ucapnya.

Zulkifi Hasan mengatakan bahwa nilai-nilai luhur berbangsa saat ini sedang memudar, karena banyak golongan yang mengutamakan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan umum. “diluar kelompok itu dianggapnya musuh” ujarnya.

Dikatakan bahwa kita boleh beda pendapat namun perbedaan itu harus kita terima dan kita bingkai dalam demokrasi Pancasila. “Silahkan beda pendapat namun harus dengan cara-cara demokrasi Pancasila” tegasnya.

.

Bagikan Artikel ini